War and city-making in Somalia: Property, power and disposable lives
(Perang dan pembangunan kota di Somalia: Properti, kuasa, dan hidup yang terbuang begitu saja)
Jutta Bakonyi, Peter Chonka, Kirsti Stuvøy
Political Geography, Volume 73, 2019, Hal. 82-91 (4-6-2019)
Politik
Open Access
Kategori:
Abstrak Bahasa Inggris
Rapid urbanisation in Somalia, as in many other war-torn countries, is driven by in-migration of displaced people who are often amassed in camps. Although such camps become institutionalised sites of exclusion where ‘bare life’ is generated and disposed, they are also characterised by socially messy and continuously evolving relations of space, power, violence and displacement. The article draws on fieldwork with displaced people in Somali cities to analyse claims to property and (often violent) competition to uphold them in contestation for sovereignty. Comparing two cities, Mogadishu and Bosaaso, we show how a broad range of international and local actors, including displaced people themselves, negotiate (urban) property and establish relations that guide and foster political authority, while rendering the lives and livelihoods of displaced people precarious and insecure. In property, politics and the economy intersect, and property relations are therefore subject to struggles for both power and profit. We underscore how sovereign power produces spaces of indistinction, but emphasise that property as an analytical category contributes to understandings of sovereignty. Furthermore, propertying as social practice draws attention to the way sovereignty emerges and is connected to the market. This enables the differentiations of forms of sovereignty and draws attention to how it is negotiated, openly challenged or silently undermined.
Abstrak Bahasa Indonesia
Seperti halnya negara lain yang dilanda perang, urbanisasi pesat di Somalia didorong oleh migrasi masuk para pengungsi yang sering berkumpul di kamp-kamp. Meskipun kamp tersebut telah terinstitusionalisasi sebagai tempat pengucilan, persisnya sebagai tempat “kehidupan semata” (kehidupan yang diartikan secara terbatas pada terpeliharanya fungsi manusia sebagai makhluk hidup, terlepas dari kehidupan politiknya) muncul dan terbuang begitu saja, rupanya masih didapati adanya relasi tempat, relasi kuasa, relasi kekerasan, dan relasi perpindahan yang kompleks dan dinamis dalam kamp-kamp tersebut. Artikel ini sendiri merupakan hasil penelitian lapangan terhadap para pengungsi internal di kota-kota Somalia dalam rangka menganalisis klaim-klaim terhadap properti serta persaingan yang terjadi dalam persengketaan antarpengungsi untuk memeroleh kedaulatan terhadap ruang. Melalui perbandingan antara Kota Mogadishu dan Kota Bosaaso, artikel ini menunjukkan proses yang dilalui aktor-aktor lokal dan internasional (termasuk para pengungsi internal itu sendiri) untuk membagi properti di daerah perkotaan serta membangun hubungan-hubungan yang pada akhirnya turut mengarahkan dan menguatkan otoritas politik yang sudah ada. Bagaimanapun, tindakan aktor-aktor tersebut tetap gagal memberikan kehidupan dan penghidupan yang stabil dan aman bagi para pengungsi. Dalam konsep properti, bidang politik dan ekonomi saling bersinggungan dan karena itulah, hubungan properti menjadi subjek bagi perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan. Kami berfokus membahas proses yang memungkinkan kekuatan yang berdaulat menghasilkan ruang-ruang dengan batasan yang kabur antara kekuasaan politik dan hak kepemilikan atas ruang. Namun, kami juga menekankan bahwa properti, sebagai sebuah kategori analitis, turut berkontribusi pada pemaknaan terhadap konsep kedaulatan. Bukan hanya itu, praktik sosial propertying turut berujung pada penelitian mengenai cara kedaulatan terbentuk dan terhubung dengan pasar. Hal itu kemudian memungkinkan dilakukannya identifikasi macam-macam wujud kedaulatan, sekaligus menunjukkan cara kedaulatan tersebut dinegosiasikan, ditantang, atau diabaikan.
Bakonyi, J., Chonka, P., & Stuvøy, K. (2019). War and city-making in Somalia: Property, power and disposable lives. Political Geography, 73, 82–91. https://doi.org/10.1016/j.polgeo.2019.05.009
The original work of the article's abstract was translated from English to Indonesia.
Karya asli dari abstrak ini telah diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penerjemah Abstrak: Devina Ayona
Pengendali Mutu Abstrak: Nazila Rikhusshuba