Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan Indonesia yang Melegenda

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer
Siapa yang tidak kenal dengan Pramoedya Ananta Toer? Pramoedya merupakan seorang sastrawan Indonesia yang semasa hidupnya telah melahirkan 50 karya tulisan dan diterjemahkan ke dalam 41 bahasa asing.
Pramoedya Ananta Toer memiliki nama asli Pramoedya Ananta Mastoer dengan nama alias Pram. Pram lahir ke dunia di Blora pada tangal 6 Februari 1925. Ia lahir di keluarga kecil yang bahagia dari pasangan M. Toer yang merupakan kepala sekolah Boedi Oetomo dan Saidah yang bekerja sebagai penjual nasi.
Walaupun ibu Pram hanya penjual nasi, ayah Pram yang merupakan kepala sekolah sukses menciptakan keluarga Pram menjadi keluarga yang berpendidikan. Karena lahir di keluarga yang berpendidikan, Pram termasuk salah satu orang yang beruntung karena di zaman tersebut dia bisa mengenyam pendidikan hingga tamat. Pram pernah bersekolah di Budi Oetomo, Radio Vakschool Surabaya, Taman Siswa, Sekolah Stenografi, dan Sekolah Tinggi Islam Jakarta.
Ingin mengenal sosok sastrawan Indonesia yang melenda satu ini lebih dalam lagi? Simak artikel ini sampai habis ya!
Lahirnya Karya Sastra Pram Bermula dari Pengasingan
Tahun 1958, Pram bergabung menjadi anggota Pimpinan Pusat Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra). Organisasi tersebut berada di bawah Partai Komunis Indonesia. Karena keterlibatannya, Pram dibuang ke Pulau Buru. Penangkapan dilakukan penuh penyiksaan dan kekerasan. Pram kemudian dipindahkan ke penjara dengan total waktu kurungan 14 tahun.
Selama di pengasingan, Pram banyak menulis karya sastra. Sayang, karya Pram dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung karena dianggap mengganggu keamanan negara. Salah satu karya yang ditulis pada masa pengasingannya berjudul Bumi Manusia. Bumi Manusia menceritakan tentang periode awal munculnya politik etis dan kebangkitan nasional.
Kini, Bumi Manusia menjadi karya yang cukup fenomenal dan sudah diangkat menjadi film pada 2019 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Sobat Wikileaders ingat, bukan, dengan filmnya? Kalau Wikileaders lupa, Litmin ingatkan lagi bahwa film Bumi Manusia itu diperankan oleh Iqbaal. Nah, sekarang sudah ingat, bukan?
Karya Pramoedya Tetap Mengudara
Walaupun sering menciptakan kontroversi, karya-karya Pramoedya tetap mendapatkan banyak penghargaan dari luar negeri dan sering diberi apresiasi. Beberapa penghargaan yang diterima Pram kadang dianggap kontroversial dan diprotes sastrawan lain karena keterlibatannya dengan Lekra.
Karya-karyanya juga diterjemahkan ke berbagai negara dan banyak tulisannya yang difilmkan. Keren!
Pramoedya Menutup Hidupnya dengan Karya
Pram termasuk penulis dan sastrawan yang produktif dalam menelurkan karya. Pram aktif menulis sampai akhir hayatnya. Pada 27 April 2006, kesehatan Pram memburuk akibat radang paru-paru, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Upaya merujuk ke rumah sakit tidak banyak memberi hasil, hingga akhirnya Pram wafat pada 30 April 2006 di Jakarta.
Karya-Karya Pramoedya
Gadis Pantai
Midah
Keluarga Gerilya
Bukan Pasar Malam
Larasati
Gulat di Jakarta
Arus Balik
Arok Dedes
Tetralogi Buru
Bumi Manusia
Anak Semua Bangsa
Jejak Langkah
Rumah Kaca
Penghargaan yang Didapat Pramoedya
Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988
Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989
Wertheim Award, "For his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995
Ramon Magsaysay Award, "For Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995
UNESCO Madanjeet Singh Prize, "In recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence" dari UNESCO, Prancis, 1996
Doctor of Humane Letters, "In recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999
Chancellor's distinguished Honor Award, "For his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding", dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999
Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication République, Paris, Prancis, 1999
New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000
Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000
The Norwegian Authors Union, 2004
Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004
Gimana nih, Wikileaders? Keren banget ya!
Kisah hidup Pramoedya sangat inspiratif. Perjuangannya tentu bukan hal suatu hal yang mudah. Ada keringat, peluh, dan darah perjuangan di balik kesuksesannya. Apakah kamu semakin kagum kepada sastrawan legendaris kita yang satu ini?